― Rumi
Saya pernah mendengar cerita orang yang menangis tak kunjung henti. Sampai air matanya tidak dia sadari lagi kapan mengalir dan kapan gak ngalir... Bukan karena sudah mati rasa, tapi karena keseringan matanya keluar banyak air... Tentu bukan lantaran sakit mata... tapi karena pedihnya kehidupan yang ia alami. Ia tidak mampu lagi bercerita. Ia kehabisan kata-kata. Ia mati kata, tapi gak mati gaya... Yang bisa dilakukannya ya hanya meneteskan air mata sambil bekerja. Orang ini masih bisa melakukan kerjaannya sehari-hari, walau disertai dengan menangis... Canggih juga...
Saya tertegun mendengar ceritanya. Dalam hati saya berpikir, mau sampai kapan dia seperti itu? Koq betah banget ya? Saya tentu tidak bertanya langsung... Saya hanya mengamati dan menghitung hari2nya. Pasti dia akan terbiasa dengan penderitaannya itu, lalu akan berhenti menangis. Benar... Kira2 seminggu dia sudah tidak menangis lagi. Apa ya yang mengubahnya jadi meneng?
Dia mengatakan demikian, 'Saya sudah nerima... Saya rapopo...' Hadeww... kata itu lagi... aku rapopo...
Ada yang menggelitik di hati, begitu mendengar kata 'aku rapopo'. Aku ga papa... Aku baik-baik saja... Terlepas dari siapa yang mempopulerkan slogan itu, saya salut banget untuknya. Dan untuk yang bisa mengatakan 'aku rapopo' di saat-saat sulit hidupnya, saya saluuuut....!!!