Friday, April 18, 2014

Aku rapopo...

“The wound is the place where the Light enters you.”
Rumi

Saya pernah mendengar cerita orang yang menangis tak kunjung henti. Sampai air matanya tidak dia sadari lagi kapan mengalir dan kapan gak ngalir... Bukan karena sudah mati rasa, tapi karena keseringan matanya keluar banyak air... Tentu bukan lantaran sakit mata... tapi karena pedihnya kehidupan yang ia alami. Ia tidak mampu lagi bercerita. Ia kehabisan kata-kata. Ia mati kata, tapi gak mati gaya... Yang bisa dilakukannya ya hanya meneteskan air mata sambil bekerja. Orang ini masih bisa melakukan kerjaannya sehari-hari, walau disertai dengan menangis... Canggih juga...

Saya tertegun mendengar ceritanya. Dalam hati saya berpikir, mau sampai kapan dia seperti itu? Koq betah banget ya? Saya tentu tidak bertanya langsung... Saya hanya mengamati dan menghitung hari2nya. Pasti dia akan terbiasa dengan penderitaannya itu, lalu akan berhenti menangis. Benar... Kira2 seminggu dia sudah tidak menangis lagi. Apa ya yang mengubahnya jadi meneng

Dia mengatakan demikian, 'Saya sudah nerima... Saya rapopo...' Hadeww... kata itu lagi... aku rapopo...

Ada yang menggelitik di hati, begitu mendengar kata 'aku rapopo'. Aku ga papa... Aku baik-baik saja... Terlepas dari siapa yang mempopulerkan slogan itu, saya salut banget untuknya. Dan untuk yang bisa mengatakan 'aku rapopo' di saat-saat sulit hidupnya, saya saluuuut....!!!



Thursday, April 17, 2014

Selfie gak ya saya?

Selfie, kata yang lagi ngetren di telinga saya akhir2 ini. Bukan lantaran kata itu kedengarannya mirip nama sahabat saya waktu kecil, Selvi. Yang entah ada di dunia mana dia sekarang... Tapi nama dan sikapnya beda banget dengan sahabat saya ini. Selvi gak narsis..gak suka foto2 sendirian. Sedangkan selfie, menurut kamus Oxford, ialah “a photograph that one has taken of oneself, typically one taken with a smartphone or webcam and uploaded to a social media website”. 

Lantaran kenangan pada Selvi, saya tertarik dan ingin merenungkan kata selfie. Pernah suatu hari saya sendirian, ga ada kerjaan. Timbul juga niatan untuk jepret sana jepret sini tampang saya dengan berbagai posisi. Tangan saya rentangkan sejauh mungkin, supaya dapat gambar yang bagus. Kalau gak bagus, ya saya ulang terus sampe bagus... Capek juga. Tapi hasil foto itu saya simpan dan tidak saya unggah ke situs maya atau media sosial, maka bagi saya bukan selfie, menurut definisi Oxford. Tapi kayaknya saya sudah melakukan setengah selfie dan setengah gak selfie. 
Apakah kalo kegiatan itu dilakukan seorang diri, baru dinamakan selfie? Kalau berduaan bagaimana? 
Saya kadang memang merasa malu difoto orang lain, maka saya potret diri saya sendiri. Lumrah kali ya... Sekarang kan banyak hp yang ada kameranya. Itu sarana bagus untuk menjadi selfie. Lalu oke2 saja dong fenomena selfie itu...

Tapi kalo saya renungkan lebih dalam lagi, ada sebuah kejanggalan di sini, tentang kesendirian yang tidak sendiri. Ada niat untuk menyebarkan foto melalui media sosial, ada hasrat narsis yang sudah muncul sejak zaman jebot.
Pada mulanya orang merasa sendirian, mungkin juga kesepian, lalu dia menyalurkan kesendirian dan kesepian itu dengan berfoto narsis. Lantas dia membagi pengalaman kesendirian dan kesepian itu ke khalayak di media sosial, mungkin dengan alasan yang tak tersadari agar dia tak lagi sendiri dan sepi. Sepi hilang, kesendirian lenyap. Orang tidak lagi sepi sendiri. 

Belakangan saya dengar komentar, bahwa selfie itu sebuah penyakit. Wah apa lagi ini? Coba dilirik deh.. http://www.beritateknologi.com/perkumpulan-psikiater-amerika-nyatakan-kebiasaan-selfie-sebagai penyakit-mental/
Kreatif yang seperti ini koq jadi sebuah penyakit ya?






Sunday, April 6, 2014

Gitu kok rahasia....

“Your visions will become clear only when you can look into your own heart. Who looks outside, dreams; who looks inside, awakes.”
C.G. Jung

Sepertinya kalau ada orang bicara kepada saya, ' jangan cerita2 ke orang ya...ini rahasia...' dan di situ bukan hanya saya yang hadir, tapi banyak orang, maka yang ada di kepala saya adalah.. ooh.. orang ini malah sedang bikin pengumuman.. Orang ini mau menjadikan saya sebagai ajang promo untuk menyampaikan kabar itu kepada orang lain. Itu tentu bukan rahasia lagi...

Lucunya hal itu disampaikan oleh boss saya. Si boss ini emang pandai bikin orang jadi corongnya.. Tahun depan kita akan buka pabrik...jangan bilang2 ya...hahaha... Padahal dari tahun kuda gigit besi sampai gigit roti pabrik juga belum dibuat-buat. Apa sih maksudnya?

Saya jadi ingat cerita Anthony de Mello...
Seorang  magang  berlutut untuk dilantik menjadi murid. Guru
membisikkan  suatu  mantra  rahasia  ke  telinganya,  sambil
memberi peringatan kepadanya agar tidak mengatakannya kepada
orang lain.
 
"Apa yang akan terjadi seandainya saya mengatakannya?" sahut
magang itu.
 
Guru  berkata,  "Orang  yang  kauberitahu  mantra  itu  akan
dibebaskan dari belenggu  kebodohan  dan  penderitaan,  akan
tetapi  engkau sendiri akan dikucilkan dari lingkungan murid
dan menderita."
 
Segera sesudah ia mendengar kata-kata ini, magang  itu  lari
ke   tengah-tengah   pasar,  mengumpulkan  orang  banyak  di
sekitarnya dan  memberitahukan  mantra  rahasia  ini  kepada
semua orang.
 
Kemudian  para  murid memberitahukan hal itu kepada guru dan
minta supaya orang itu diusir dari  pertapaan  karena  tidak
taat.
 
Guru  tersenyum dan berkata, "Ia tidak perlu saya ajar lagi.
Tindakannya menunjukkan bahwa ia sendiri adalah guru."
 
                     (DOA SANG KATAK 2, Anthony de Mello SJ,
                        Penerbit Kanisius, Cetakan 12, 1990)

Ada2 aja ya si guru dan si murid... Kalau maksudnya supaya si murid jadi guru juga ya...sebarluaskanlah rahasianya... Atau dengan kata lain jadilah 'ember bocor'... Bocorkan rahasia itu... Tapi resikonya ya dibuang dari dunia persilatan... Hayo siapa berani dapat hadiah tapi 'gak enak'? Siapa yang mau?

Beberapa hari lagi mau nyoblos...ikut pemilu. Saya mau pilih si murid yang pandai membocorkan rahasia dan mau dapet hadiah yang gak enak...yang dapat membebaskan orang dari belenggu kebodohan dan penderitaan, sementara dia sendiri mungkin akan disingkirkan dan hidupnya susah.... Ada gak caleg yang seperti itu ya? Hmmmm...





Wednesday, April 2, 2014

Oleh-oleh dari Jogja... Ojo dumeh...

“Enlightenment is ego's ultimate disappointment.”
Chögyam Trungpa

Akhirnya...bisa juga saya ambil waktu tilik Jogja kembali... kembali ke Jogja untuk memaknai libur. Kesan pertama Jogja makin tambah macet. Kendaraan koq serasa numplek semua di jalan. Lucunya lagi mobil2 yang seliweran itu lumayan banyak yang berplat B, ada juga L, H, DK, KT, BG, W... huruf apa lagi ya, lupa. Begitu cintanya mereka pada Jogja kali ya... Atau karena kangen pada gudegnya doang...hahaha...

Liburan kali ini punya kesan lebih dalem dari sekedar mandi di kolam renang bebas kaporit di Klaten dan pizza lezat di *a*a**a. Selain karena rame ngumpul sama sodara2..juga karena menambahkan beberapa gelintir lagi sodara... Banyak cerita yang saya dapat... Tapi saya bagi yang ini dulu aja deh...

Sodara baru saya ini punya seorang anak laki-laki. Anak Ababil...anak masih labil :) emang orang tua dah gak ababil ya? sami mawon... Kalo anak mungkin masih gampang dibentuk ya... Lah kalo ortu yang ababil gimana dong?
Sodara saya ini sedang bingung dengan permintaan anaknya yang ababil itu. Menurutnya sih anak ini emang jarang minta2...tapi sekalinya minta gak tanggung2. Jarang minta dibelikan sepatu, sekalinya minta ya sepatu basket yang harganya lebih dari setengah juta. Itu baru sepatu...belum yang lain... Seperti cerita beberapa waktu lalu anak ini ribut dengan mbakyunya. Lantaran dia ngerasa hanya sebagai sopir mbakyunya itu. Pas dia mau pakai mobil, dia sering gak kebagian jatah. Nah, proteslah dia kepada simboknya. Minta dibelikan mobil juga. Usianya padahal belum sweet seventeen. Sang simbok mulai gerah dengan permintaan anaknya, tapi dasar kasih seorang ibu tak sepanjang galah toh..tapi kasih ibu sepanjang jalan hihihi...maka ada niatan lah simbok untuk membelikan anaknya sebuah mobil, biar nampak kasihnya yang sepanjang jalan itu...hehehe.

Wehwehweh.....jadi inget deh saya pernah baca tulisan OJO DUMEH... Kira2 artinya apa ya? Istilah itu rasanya 'dalem' juga untuk saya. Saya pernah baca istilah itu ditulis di depan pintu rumah seorang teman. Terus terang saya pengen ngerti artinya. Ya saya tanya teman saya itu... apa toh OJO DUMEH itu? Dijawab 'jangan karena'. Loh koq lucu.. Ya, jangan karena kaya lalu sok beli ini itu...sekarepe dhewe. Ini rumahku...tapi setelah aku keluar dari rumah ini...rumah ini bukan lagi milikku. Harta dan duit yang kita punya juga bukan semata2 milik kita. Jadi gak boleh sembarangan kita belikan sekehendak hati kita. Ojo dumeh juga pelajaran bahwa kita tidak boleh sombong, tidak boleh merasa paling hebat, paling mampu dan sebagainya. Kita semua sama. Oleh Allah, saya dikaruniai banyak harta dan jabatan, tetapi semua itu bukan milik saya. Itu hanya amanah yang diberikan kepada saya. Oleh karena itu saya tidak boleh “Dumeh” . Dumeh kaya saya jadi sombong. Tidak, tidak demikian, saya harus membagi harta saya kepada orang lain yang membutuhkan”. Itu kata teman saya...

Lalu saya tanya...bagaimana kalau saya tidak kaya? Apakah saya boleh minta2 kepada yang kaya? Dijawabnya seperti ini, "Kalau kita tidak kaya, tidak punya jabatan, apakah tidak boleh punya motto ‘Ojo Dumeh”? Menurutku, meskipun kita miskin, kita juga harus bilang ke diri kita “ Ojo dumeh kita miskin, trus kita pesimis, tidak punya semangat hidup dan sejenisnya. Boleh saja kita miskin, tetapi miskin yang terhormat. Jangan sampai karena kemiskinan itu membuat kita jadi peminta – minta. Itu namanya miskin yang tidak terhormat.”
Wealaaah...canggih juga nih temen saya...
Pulang dari Jogja dapet oleh2 OJO DUMEH deh... kayaknya lebih tepat diterjemahkan 'jangan mentang-mentang ya' .... Asik tooo....akurapopo







Monday, March 31, 2014

Tamu yang aneh....

Sore itu sepulang dari kerja, saya duduk manis sambil menikmati siaran tivi. Sedang asyik2nya saya nonton, tiba2 ada suara ketukan pintu. Saya beranjak dari kursi, lalu berjalan ke arah suara ketukan pintu. Ada 2 orang berpakaian seragam PNS di depan pintu. Agak ragu saya membuka pintu. Hari gini koq pendaftaran pemilu? Bukannya saya sudah punya surat tanda coblos? Lah, trus mau apa dong dua orang ini? Antara ragu dan mau tau, akirnya toh saya membukakan pintu juga untuk mereka. Setelah bercerita sedikit tentang asal usulnya, mereka lalu mengeluarkan sebuah buku. Saya amati judulnya 'Peraturan Ketenagakerjaan Pemerintah RI'. Buku tersebut disampul rapi dengan plastik. Kalau saya buka plastiknya, pasti dianggap telah membeli. Harga yang disebut lebih dari 200.000 rupiah. Wah, gak main2 ni... Saya mulai resah.
Saya minta diri sebentar masuk ke dalam dan berharap ada orang yang bisa saya ajak berunding. Tapi ternyata orang rumah sedang pergi. Waduuuh... Saya gunakan jurus kepepet deh..lebih baik tanya mbah gugel, sebelum kembali menemui mereka. Saya dapati berita seperti ini...

"KLATEN- Nama Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Klaten dicatut oleh oknum untuk kegiatan penjualan buku berjudul ‘Peraturan Ketenagakerjaan Pemerintah RI’. Buku tersebut dijual Rp 275.000 per buku. Ketua Komisi IV DPRD Klaten, Yoga Hardaya kepada solopos.com, Selasa (24/4/2012), mengaku sudah mendapat banyak keluhan dari warga terkait oknum penjual buku yang mengatasnamakan petugas dari Dinsosnakertrans itu. Dalam menjalankan aksinya, oknum tersebut menunjukkan surat tugas dari Dinsosnakertrans. “Oknum tersebut datang ke kantor-kantor perusahaan swasta. Berbekal surat tugas dari Dinsosnakertrans, oknum tersebut menjual buku dengar harga yang relatif tinggi,” papar Yoga. Sementara itu, Kepala Dinsosnakertrans Klaten, Slamet Widodo mengatakan pihaknya tidak pernah memberikan tugas kepada pegawainya untuk menjual buku. Dinsosnakertrans, kata Slamet, juga tidak memberikan surat pengantar kepada seseorang untuk kepentingan perniagaan. “Kalau ada orang yang mengaku dari petugas Dinsosnakertrans lalu menjual buku berarti itu oknum yang ingin mengambil keuntungan dengan mencatut instansi pemerintah. Kami tidak pernah mengirimkan petugas atau surat rekomendasi kepada siapapun untuk menjual buku,” tegas Slamet. 

Nah, apa benar ya mereka ini oknum yang dimaksud? Saya kembali menemui tamu, lalu mengatakan tidak ingin membeli buku itu. Buku saya kembalikan dengan utuh, belum saya sobek plastiknya. Lalu segera saja salah seorang tamu berseragam PNS itu mengambil buku dan memasukkannya ke dalam tasnya dengan mengatakan, ' oh ya sudah bu...'. Lalu mereka pergi dengan senyum yang aneh meninggalkan saya yang masih terpukau... Wah, saya jadi merasa aneh juga... Dasar tamu yang aneh dengan senyum yang aneh...hahaha....

Sunday, March 23, 2014

Sister Act jaman sekarang?

Eh ada Sister Act jaman sekarang... Ikut kontes seperti American Idol..atau sejenisnya... Membuat terheran2 para juri... Sampai seorang jurinya yang sangar itu seperti menangis... Pertama nonton yutubenya saya juga terharu...sampe berkaca2 gitu... Koq ada ya suster heboh seperti suster ini?



Wajahnya lugu, usianya baru 25 tahun...tampil seadanya...
Ga pake baju meling2 seperti artis, tapi dah mencolok mata orang yang melihatnya...
Ga pake make up juga...tapi dah nampak manis dan cantik...
Wah, suster ini koq seperti kisah Sister Act beneran ya? Saya gak sedang ngimpi kan ya? Kata2 nya waktu ditanya juri... Kenapa mau tampil di ajang seperti itu... Ya karena ia punya 'suara indah' dan ingin ia bagikan itu untuk semua...

Wah, jadi tersinggung juga rasanya saya... Apa ya yang bisa saya bagikan buat orang lain nih....hayoooo?



Thursday, March 20, 2014

Belajar tertawa lagi...

No one cares how much you know, until they know how much you care - Theodore Roosevelt

Tadi malam saya terenyuh melihat pramugara kereta api eksekutif jurusan Gambir - Pasar Turi yang begitu kesulitan membuka pintu gerbong. Saya pun hanya bisa melihat bagaimana mas2 itu berusaha membuka pintu, soalnya sebelumnya saya juga mengalami kesulitan membukanya. Mas2 itu sampai meletakkan nampan bawaannya dan dengan kedua tangannya berusaha sekuat mungkin menarik handel pintu.
Sementara itu selagi mas2 pramugara itu berusaha membuka pintu, saya mendengar dua penumpang laki-laki yang tertawa menyaksikan pramugara yang kesusahan itu. Seorang bapak datang membantu tetapi juga tidak berhasil. Saya hanya bisa menanggung keinginan untuk membantu tetapi tak mampu.
Bukan maksud saya menjelek-jelekkan penumpang yang menertawakan pramugara itu, tetapi kok ya tega sih menertawakan orang yang kesusahan; bukannya malah membantu? Peristiwa yang mirip sudah saya posting beberapa waktu lalu dan pokoknya sama. Apa ya kita bisa belajar tertawa dan menempatkan tawa kita pada tempat atau suasana yang tepat?

Saturday, March 15, 2014

Senyum dokter yang mengubah...

Memang repot kalau pindahan... Dengan kerjaan baru yang mengharuskan rajin melancong, alias sales, ada banyak pengalaman yang ingin kubagikan... Tapi sayang tangan ini tidak bisa digerakkan. Mungkin karena terlalu stress atau karena memang kurang berbagi kerja pada tangan kiri. Maka tangan kanan beberapa hari kuistirahatkan.

Seminggu setelah istirahat tangan kanan, sembuh... Gantian tangan kiri yang kena coblos jarum infus. Bekas langkah tusukannya masih membiru... Bener-bener kudu istirahat nih tangan... Apa ya itu berarti harus brenti kerja? Tawaran menarik... Tapi ga asik, hehe... mau makan apa... Kucoba pelan2 ngerjain pekerjaan rumah..sukur bisa ngetik juga... Emang gampang mana sih? Kerjaan rumah dengan ngetik? Sama2 enteng kalo tangan ga lagi mogok...hahaha... Bulan ini pikirku masa puncaknya kudu setoran ke rumah sakit. Gapapa lah... Dah lama juga ga setor muka ke dokter...


Aku jadi inget film Patch Adam, aktornya Robin William yang kocak itu. Ketika aku diinfus jam 2 pagi di ruang gawat darurat di sebuah kota kecil... Aku sangat meragukan pelayanan yang diberikan termasuk peralatan yang digunakan. Namun senyum manis ibu dokter dan beberapa perawat dapat menenangkan hatiku... Mereka cekatan menolongku. Kesan kumuh jadi sedikit berkurang. Aku menyalahkan mata dan rasaku yang terlalu sok bersih... Di tempat yang sederhana ini aku istirahat dalam damai sejenak. Dalam mimpiku ada sosok ibu dokter yang cekatan dan murah senyum. 4 jam saja infus menemaniku... Kemudian aku pamit untuk kerja kembali. Terima kasih bu dokter...

Saturday, March 1, 2014

Perfect in imperfection

aku merasa punya banyak kekurangan… tapi itu tidak merisaukanku… karena aku tau engkau selalu bersamaku…persembahan kecilku adalah sebuah senyum untukmu…



Wednesday, February 26, 2014

"Dalem": dulu dan sekarang

Ini posting pertama saya setelah berpindah ke Semarang. Saya mulai dengan rasa heran. Saya heran karena anak saya yang sudah kuliah komentar ‘jawaban pakdhe dalem’ setelah pakdhenya menjelaskan kenapa pacarnya gak usah pindah agama kalo hanya untuk menikahi anak saya itu.
Saat mendengar komen anak saya itu, saya kagum, kog bisa ya anak saya ini paham jawaban pakdhenya dalem. Yang ada di benak saya ya…kalo orang ngomong ‘dalem’ gitu maksudnya, komentar orang yg sedang diajak bicara itu menyentuh kedalaman hatinya… Atau menusuk di hati… Atau tepat pada sasarannya.

Tapi setelah anak saya bahas lagi kenapa pakdhe tidak menganjurkan pacarnya pindah agama, saya baru ngerti, kalau dalem yang anak saya maksud itu, belum jelas dengan jawaban pakdhenya…hahaha… Jauh dari pengertiannya… Gak bisa ditangkap maksudnya. Gak dhong, kata orang Semarang…

Ternyata beda ya ‘dalem’ sekarang dengan dalemnya orang jadul seperti saya.


Sunday, February 23, 2014

Good bye Jogjakarta

Destiny is not a matter of chance; it is a matter of choice. It is not a thing to be waited for, it is a thing to be achieved ― William Jennings Bryan
goodbye
Baru saja mulai mapan di Jogjakarta, sudah mesti sering pergi lagi... terakhir masih sempat lihat truk-truk pengangkut abu di Sagan... orang-orang bermasker yang di tengah rintik hujan tetap bersemangat memunguti kantong-kantong berisi abu vulkanik Kelud.
Entah mereka ini sukarelawan atau bukan, tapi kelihatannya mereka antusias bersemangat... entah dibayar atau tidak.
Lha karena berhubungan dengan bayaran, saya juga kudu antusias merelakan diri pindah, hiks...

Friday, February 21, 2014

Blame on yourself first...

I’m sorry for blaming you for everything I just couldn’t do, and I’ve hurt myself by hurting you. ― Christina Aguilera, Back to Basics

Hape dibanting
Inget berita di koran dulu, ada orang nonton sepak bola n tim kesukaannya kalah. Dia mencak-mencak n salah satu hasilnya yang kena pencak malah tivinya. Ditimpuk pake gelas!!! Dia mau nimpuk suporter yang sorak-sorak kegirangan di tivi.
Inget juga liat ibu-ibu muda (ato babysitter ga tau deh) lagi momong anaknya yg balita. Ga kayak keluarga bule yang kuceritain kemarin; waktu anaknya jatuh kesandung, si ibunya ini malah mukul-mukul kursi sambil ngasi tahu anaknya, jelek-jelekin kursi n salah-salahin kursinya. Woaaah...coba kalo anaknya ini kesandung iphone, apa ya bakal dipukul-pukul tuh iphone...mungkin dibanting-banting juga.
Dari situ kayaknya muncul sifat anak yang cenderungnya cari-cari kesalahan benda atau orang lain. Padahal sebetulnya dia sendiri  yang ga hati-hati. Kalo lagi banyak kerjaan gini emang orang bawaannya sewot n malah bisa nuntut orang lain supaya ngerti keadaannya. Seluruh dunia kudu tau aku lagi banyak kerjaan.... ya tempelin aja pengumuman di jidat biar pada tau! Kasian amat, dah kerjaan banyak bikin stress masih nambah beban nuntut orang2 pada tau pula...

Thursday, February 20, 2014

Belajar tertawa

Learning how to learn is the most precious thing we have in life -- John Naisbitt.
iphone
Di lampu merah plengkung gading ketemu keluarga turis yang berjalan kaki; sepasang suami istri kayaknya n satu anaknya yang masih kecil. Aneh aja kok ya mau-maunya jalan kaki padahal debu vulkanik masih belum beres. Anak kecil itu jatuh dan gerakan jatuhnya emang lucu, beberapa orang di sekitar itu ketawa. Anaknya sendiri meringis kesakitan karena tangannya tergores konblok. Tapi kedua orang tuanya di dekatnya cuma ngeliat anak mereka ini, ga tertawa ga keliatan marah, cuma ngeliat. Si ibu omong sesuatu tapi saya ga nangkep jelas suaranya. Anak itu ga nangis, tapi bangun, bersihkan bajunya dr debu n ngelus-elus tangannya, lalu lanjut jalan.
Emang tertawa itu sehat, tapi menertawakan orang yang kena sial itu kayaknya ga jadi bagian kultur bule tadi. Kenapa ya reaksi spontan orang indo justru ketawa kalau liat orang lain ketiban sial?

Wednesday, February 19, 2014

Valentine + Kafir = Kelud njeblug?

Sempat beredar tweet soal letusan kelud n hubungannya dengan perayaan valentine orang2 kafir. Wah, jadi SARA gini ya'... Jangan2 kita ini ga ngarti kata kafir. Ini dapet dari tetangga sebelah.
Kafir
Secara ensiklopedi Islam si artinya orang yang ga bisa bersyukur atas apa yang dianugerahkan Tuhan. Emang si kalo org ga percaya adanya Tuhan, gimana dia mau bersyukur? Bersyukur karena apa n ke siapa?
Nah, kalo aku ngarep ujan lagi, bukan maksudku jadi kafir, tapi emang ngarep banget ujan lagi... yang lebih banyak airnya dari kemarin2... debu halus masih banyak nempel di pohon n genteng. Ini bukan karena aku dah dikasih ati masih ngrogoh rempela (emang enak mana ati sama rempela? sama2 jeroan gitu). Kalo ga ujan ya udah gpp, tapi kalo bisa ujan ya, haha...
Pokoknya tetep semangat bersih2 abu Kelud... asal jangan sampe berdiri 2 jam nunggu presiden lewat... busyet dah.

Tuesday, February 18, 2014

Love Mondays

Life weighs heavy upon my shoulders and patience starts wearing thin, it is divine hope and dreams which sustain me, pushing me forth against the wind -  Terry A O'Neal
Inspirational-Photo-Manipulation-by-Erik-Johansson-pea

Gubernur DIY meminta dua hari ini untuk bersih-bersih. Syukur kemarin dah hujan agak lama, tapi tetep belum sapu bersih abu Kelud. Tiga hari ini dah lumayan capek bersih-bersih, n sekarang tetep bersih2.
Kalo ada yang bilang I hate Mondays, mungkin krn orang itu maunya Sunday terus, libur terus. Kalo prei terus, dapet duitnya dari mana dong?
I love monday karena itu hari pertama kerja, awal minggu yg mengingatka saya: you are what you do... siapa kamu akan tampak dari apa yg kamu kerjakan dengan ringan sepenuh hati.

Monday, February 17, 2014

Nothing's in vain, thanks for the rain.

Essential to life, is desiring the things that you need, than needing the things you desire ― Anthony Liccione
sia-sia
Kayaknya mendingan balik nulis pake bahasa biasa deh; ga enak nulis blog santai pake bahasa baku... lagian, emangnya siapa juga yang butuh terjemahan blog saya sih? hahaha... trus fitur text translate sia-sia dong ya?
Nemu strip di internet (klik gambar utk pergi ke situs aslinya) yang kayaknya cocok sama tema siang in. Seperti kemarin saya harap2kan n tadi pagi2 meneruskan harapan sambil kerja bakti menyirami debu Kelud, akhirnya hujan turun betulan, cukup deh utk menyapu sebagian besar abu dari genteng. Ga bersih2 amat tapi dah cukup... jadi syukuri hujan sebentar itu. Toh kemarin mintanya juga cuma sebentar kok, hahaha...
Trus kerja baktinya sia2 dong... begitu komentar temen ngeledek.  Ya emang sih, sekian jam bersih-bersih tuh bikin pegel juga. Begitu abis siram genteng n mulai mau siram tanaman lagi, ujan datang. Seneng banget n saya sama sekali ga merasa yang saya buat itu sia-sia tuh. Menurut saya, ga fair menilai kerja semata2 dari hasil akhir. Apa yang saya nikmati selama kerja (termasuk doa mengharap hujan) ga ilang karena hujan. Memang hujan menyudahi kerja bersih-bersih saya, tapi kan dia ga ganti apa yg saya kerjakan tadi...
Pokoknya kerja apa aja kalo enjoy mah kaga ada nyang sia-sia... ho'o ora? hahaha...

Thursday, February 13, 2014

Pertimbangkan yang tak terduga!

Unless commitment is made, there are only promises and hopes; but no plans. Peter F. Drucker
Plan - Reality

Denger kabar lagi temen yang mau proses cerai. Menyedihkan. Padahal anaknya dah tiga & masih pada sekolah semua. Emang dari segi agama mereka ga ada larangan sih, tapi apa kudu gitu? Saya juga ga tau alasannya apa tapi pasti untuk mereka alasannya kuat.
Buat married itu yang dibutuhkan bukan harapan ato janji tapi komitmen. Kalo orang punya komitmen, dia mesti punya rencana yang bisa dijalankan oleh pihak2 bersangkutan & kalo ada yang ga sesuai rencana, mereka kayaknya ga akan bubar karena komitmen itulah wujud cinta mereka. Wah...ini pahit.
So, mestinya kalo bikin rencana itu mempertimbangkan juga skenario alternatif ya. Plan A, plan B, plan C, asal ga plin plan, hahaha... soalnya plin plan pertanda ga punya komitmen. Iya ga sih?

Wednesday, February 12, 2014

Jangan takut Brow...

Ketakutan membuat setan-setan bergembira karena target mereka memang menakut-nakuti orang.

divider-51
Pengalaman berpindah2 tempat bikin saya belajar satu hal ini: jangan takut. Takut itu bikin orang ga maju; gimana mau maju, melangkah aja takut! Takut itu bukan cuma takut melangkah, tapi ada takut-takut lainnya yang bikin orang takut melangkah: takut menanggung malu, takut diketawain orang, takut dijauhi teman, takut difitnah, takut salah, takut diguna-guna, takut sakit, takut miskin... mungkin ada 1001 takut, tapi intinya orang yang takut pastilah hidupnya ga merdeka.
Sampe sekarang saya masih grothal-grathul belajar bahasa Jawa... tapi jangan takut, hahaha... ini pesan untuk diri sendiri.

Tuesday, February 11, 2014

Beda sudut pandang...

Ini dia video kocak yang dipakai di gereja Kotabaru Sabtu kemarin.
Beda sudut pandang emang bisa bikin lucu... tapi dalam hidup beneran seringkali beda sudut pandang bikin ancur... Di Aceh hari-hari ini ada berita yang sama sekali ga lucu: orang non muslim kok malah dipaksa tunduk pd aturan muslim? Yg menjalankan agama siapa, agama yg dijalankan apa... emang betul orang non muslim kudu menghargai orang muslim di Aceh. Tapi menghargai itu kan batasannya ga jelas, trus gimana juga masak yg dianggap ga menghargai dihukum dng aturan yg dibuat sepihak?
Di Jogja ini katanya kalo orang masuk keraton, ga tau ke bagian apanya, orang harus melepaskan atribut agama apapun, termasuk jilbab sekalipun. Menurut saya ini malah lebih fair. Harusnya negara juga gitu dong, bikin aturan yg bisa berlaku utk semua. Tapi ini aneh, dulu kayaknya ada gerakan mau bikin aturan berdasarkan syariah Islam n jamin bhw aturan itu hanya diberlakukan utk org muslim. Siapa yg ga ngeri kalo praktik di Aceh mau diterapkan utk NKRI? waw... bubar aja sekalian.
Saya sih percaya zamannya Nabi Muhammad aturan yg dia buat bener menjamin org non muslim juga, tapi itu karena yg bikin Nabi Muhammad sendiri n beliaunya punya integritas tinggi. Lha apa sodara2 muslim yg ngotot dng syariah itu sudah merasa diri sekaliber Nabi Muhammad?
Skeleton

Mungkin tradisi di keraton Jogja (kalo betul, saya cuma baru denger) lebih egaliter sifatnya, sekurang2nya memandang semua orang sederajad, apapun agama atau keyakinannya. Toh kalo mati ya sama aja tinggal jadi tengkorak...

Sunday, February 9, 2014

Kamu adalah mukjizat...

Kalau mukjizat itu tak ada, jadikanlah hidupmu sebagai mukjizat...

Ga berhasil cari video klip yang ada subtitle indonesia. Liriknya ada di sini, tapi saya ga ngerti lirik mana yang diterjemahkan seperti yang saya kutip di bawah judul posting ini. Kalo di bahasa inggrisnya sih sepertinya ga ada. Tapi mungkin pastor yang tadi kotbah di gereja Kotabaru itu lebih ngerti bahasa Itali aslinya. Tapi tadi saya cari yang ada teks Indonesianya ga nemu juga.
Musiknya sederhana tapi memberi semangat. Saya ga gitu ngeh keterangannya, cuma pokoknya pastornya menekankan supaya orang menunjukkan jati dirinya, identitasnya. Orang boleh omong apa aja utk bikin kita terpuruk, tak bisa bangkit lagi, tapi kita mesti percaya pada si penyanyi ini bhw kalo emang di dunia ini kita gak dapet mukjizat, sekurang2nya percaya padanya n kita bisa menjadikan hidup kita itu sendiri sebagai mukjizat.
Awalnya diputer klip yang kocak, tapi ga ngerti dari mana, kayaknya bahasa Itali juga tapi ada teks Indonesianya. Ada biker tanya ke penggembala yang lagi nungguin keledainya makan rumput, jam berapa. Trus gembala itu malah megang anunya keledai itu n jawab jam 5.35. Si biker heran n tanya apa bener jam segitu. Si gembalanya megang anunya keledai lagi trus bilang ya lewat 36 menitlah… si biker sperti masih ga percaya, tapi trus benerin jam tangannya trus pergi.
Waktu balik lagi dia tanya lagi ke gembala itu yg masih rebahan di samping keledainya. Jam berapa sekarang? Gembalanya megang anunya keledai lagi trus bilang jam 7.15. Si biker liat jam tangannya n kaget, kok bener jam 7.15 persis!!! Kok bisa sih baca jam dng megang anunya keledai?
Trus si gembalanya kasih tau: aku cuma ngangkat anunya keledai kok, di bawahnya keliatan ada jam menara…nah keliatan jam 7.15. Hahahaha…. kocak abis dah.

Saturday, February 8, 2014

Politik: sampai kapan?

Masih ingat kata-kata dosen pancasila dulu: tidak ada kawan dan lawan yang abadi, yang abadi adalah kepentingan...
Wow, kepentingan apakah yang abadi?
Divider
Ga ingat persis sejak kapan, membaca berita koran ga bikin hati senang, malah bisa meriang (sepertinya ini dari bahasa Jawa ya, tapi sudah masuk ke kosa kata bahasa Indonesia. Artinya: berasa tidak enak badan krn kurang sehat; terasa agak demam (msl krn masuk angin atau terserang influenza). Itu kata KBBI)
Tiap liat headlines kayaknya liat masalah terus. Ya emang masalah selalu ada. Apa masalah juga berarti kepentingan yang abadi itu? Bosan baca berita2 politik. Serba salah juga sih, mau ikutin berita politik gak selese2. Ya kalo masalahnya bermutu si masih mending. Jadi mending baca berita sport aja, hahaha... biar tetep ada soal politiknya tapi asyik karena seperti ikutan jadi protagonis yang siap mengalahkan lawan2nya. Masalah kerjaan juga jadi ga bikin stress karena bisa asik nonton bola, balapan, tenis, macem2.
Coba kalo politisi2 itu semua mentalnya sportif kayak atlet (atlet yang sportif pastinya), pasti permainan politik juga jadi menarik karena ga bikin rakyat jadi korban. Kalo semua partai politik memperjuangkan kepentingan bersama, pastilah permainannya jadi mengasyikkan.

Kalo diliat dari kartun di atas, kebanyakan mereka yang main politik masih ada di nomer 1 sampe 3; dah sampe nomer 4 balik lagi ke nomer 1, hahaha... ga kapok2, soalnya masih bisa makan enak di mana-mana sama keluarga dan handai taulannya. Yang jadi korban ya kapok, tapi ga bisa ngapa-ngapain.
Sampe kapan mau begini Indonesia...

Monday, January 27, 2014

Dokter senang orang sakit?

Di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah (Rom 5:20)
divider-51
Coba deh kalo dokter dapet pasien n diperiksa n ditanyai mana yang sakit n ga pernah bisa menjawab sakitnya di bagian mana n bagaimana... pasti dokternya malah susah. Tapi, kalau dokter memeriksa bagian tertentu dan pasien bilang 'sakit', mestinya dokter itu seneng. Senengnya bukan karena pasien sakit, tapi karena dokter jadi tahu bagian mana yang ga beres. Trus karena itu jadi bisa bikin diagnose yang betul.
Ini ilustrasi renungan pastor hari ini yang kuingat untuk mengerti teks kutipan kitab suci yang tertera di atas: di mana ada banyak dosa, di situ rahmat Tuhan berlimpah. Pasti bukan biar orang semakin banyak berdosa supaya makin bisa dapet rahmat berlimpah; ato malah bikin banyak dosa dulu spy bisa dapet rahmat...
Kalo kita berdosa, brarti kita tahu ada yg ga beres dalam hidup. Nah, rahmatnya antara lain itu: tau ada yg ga beres, lalu follow up supaya bisa membereskan. Orang ga perlu takut salah, karena kalo ternyata salah nantinya malah bisa tau mana yg lebih baik.
Betul juga ya, di mana ada banyak dosa, di situ rahmat berlimpah.

Monday, January 20, 2014

Beriman: lebih dari menonton

Beriman: bukan menonton pertunjukan, menanti pertunjukan spektakuler, tapi jadi bagian dari pertunjukan spektakuler itu sendiri; bukan menunggu Tuhan melakukan mukjizat, tapi ikut membuat mukjizat.
Konser
Kayaknya ini kelanjutan dari omongan pastor yang saya temui bulan November lalu. Beriman itu lebih dari percaya a-b-c, atau menonton Blondin dari jauh dan meyakini dia bisa melakukan akrobat dengan baik. Kalo orang beriman berarti ikut jadi personel 'pertunjukannya' itu, bukan cuma nonton.
Maka kalo saya beriman Allah itu mahaadil, ya brarti saya mesti ikut menunjukkan keadilan-Nya itu. Hmmm... betul juga ya. Coba kalo orang yang mengaku beragama itu saling bunuh (eh... mana bisa sih saling bunuh?), gimana orang percaya Tuhan itu maha pengampun n maha sabar?